Bismillah. Sepertinya blog ini sudah lama tidak diisi, entah karena kesibukan atau kemalasan. Dan tidak dipungkiri bahwa semakin berumur maka semakin besar pula tanggungjawab dan kesibukan pada diri seseorang, akan tetapi hal tersebut bukanlah menjadi hambatan untuk tetap menunaikan setiap tanggungjawab yang ada.
Faktor terbesar yang menghambat saya untuk menulis bukanlah kesibukan dan kegiatan, melainkan adalah kemalasan. Itulah penyebab terbesar yang menimpa saya sehingga sangat berat untuk menggerakkan jemari dan menuangkan berbagai faedah ke dalam tulisan digital ini.
Awal blog ini dibuat pada tahun 2013 silam karena 3 alasan utama:
Pertama, rasa keingintahuan saya terhadap bagaimana membuat sebuah blog lalu mengelolanya secara mandiri.
Kedua, dorongan untuk menggali potensi dan mengasah kemampuan menulis dengan baik; menimbang kemampuan ini harus terus dilatih dan diasah.
Ketiga, kebutuhan terhadap media untuk menyegarkan pikiran dari kepenatan rutinitas kuliah yang saya jalani di tanah perantauan. Makanya saya lebih mengutamakan artikel ringan di blog ini ketimbang artikel berat yang menuntut saya agar merujuk ke banyak referensi.
Demi mengakomodir 3 hal di atas kemudian berbekal ilmu yang didapat dari internet seputar cara pembuatan blog, saya pun memantapkan hati dan meluangkan waktu sejenak untuk belajar membuat blog ini yang seiring waktu berjalan ia mengalami berbagai perubahan tampilan mengikuti ‘selera’ pembuatnya.
Sekarang tahun 2023, itu artinya blog ini telah menginjak usia 10 tahun. Dalam rentang waktu yang cukup lama tersebut, pengelolaan blog ini sangat fluktuatif, terkadang saya semangat menuangkan tulisan di sini dan seringkali saya kehilangan semangat untuk mengisinya; hal demikian biasanya terkait erat dengan kesibukan saya di dunia nyata.
Namun pada akhirnya, berkat taufiq dan kemudahan dari Allah, blog ini dengan segala kekurangannya tetaplah ada. Sebab itulah, pada hari ini 14 Januari 2023 yang bertepatan dengan 21 Jumadilakhir 1444 saya putuskan untuk membuat program sederhana bagi diri saya supaya semangat menulis terpompa dan terisi kembali. Program ini berupa tantangan untuk menuliskan sejumlah faedah yang saya dapati pada setiap hari selama 30 hari. Semoga program ini mendapat kemudahan dan keridaan dari Allah lalu mendatangkan manfaat kepada saya dan pembacanya.
Faedah 1:
Saya sedang membaca kitab Al-Matalib Al-Mufidah buah karya Syekh Dr. Tariq Al-Qahthani hafidzahullah. Salah satu faedah yang saya ingat adalah sebagai berikut:
“Ahlu Sunah wal Jama’ah menetapkan Nama dan Sifat bagi Allah sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh Allah dalam kitab suci-Nya atau melalui lisan Rasul-Nya.
Nah, ada kelompok Jahmiyah (para pengikut pemikiran Jahm bin Sofwan) yang diklaim bahwa mereka menafikan semua Nama dan Sifat Allah. Setidaknya sebagian pembelajar menganggap demikian. Namun sebenarnya hal tersebut masih kurang tepat karena sebenarnya mereka tidak menafikan semua Nama bagi Allah tetapi ada sedikit nama yang mereka tetapkan bagi Allah seperti Al-Khaliq dan Al-Qadir.
Intinya, kelompok Jahmiyah masih menetapkan sedikit nama bagi Allah dengan syarat nama tersebut adalah nama yang menjadi kekhususan Allah saja dan tidak ada makhluk yang menamai dirinya dengan nama tersebut seperti nama Al-Aziz yang mana nama ini dinafikan oleh mereka karena sebagian makhluk juga bernama Aziz atau tersemat padanya sifat aziz.
Faedah 2:
Semakin mendalami ilmu akidah, semakin jelas pula betapa besar hak Allah atas diri kita sekaligus betapa minim penunaian kita terhadap hak Allah.
Analogi sederhana yang saya pernah baca adalah ibarat seorang pekerja atau pegawai yang diberi tempat tinggal yang nyaman, gaji yang besar, makanan yang layak, dan berbagai fasilitas pendukung lain oleh bosnya atau majikannya, akan tetapi orang tersebut justru lebih senang mencari pekerja sampingan dari orang lain, bahkan tidak jarang menunda pekerjaan utamanya atau mengabaikannya demi menyelesaikan pekerjaan sampingan tersebut dengan cepat dan baik atau mencurahkan sebagian besar waktu, pikiran, dan tenaganya demi meraup uang tambahan yang tidak sebesar gaji yang diterimanya dari bosnya.
Bukankah ini adalah kekeliruan yang dilakukan oleh pekerja atau pegawai disebut. Bosnya sudah memberikan banyak fasilitas bagus baginya namun dirinya lebih memilih untuk mengejar uang yang tidak seberapa dari selain bosnya itu. Kita sebagai makhluk Allah telah menerima banyak sekali nikmat dan karunia dari Allah, mulai dari kesempatan untuk hidup di dunia, menerima rezeki yang turun dengan berbagai bentuknya, mulai dari kesehatan hingga harta benda.
Hak Allah yang terbesar yang Allah inginkan agar kita menunaikannya dengan baik adalah kita mempersembahkan berbagai bentuk ibadah kita hanya kepada-Nya saja, tanpa menduakan-Nya; itu saja. Selebihnya kita dipersilakan oleh Allah untuk menikmati berbagai kenikmatan yang disediakan-Nya untuk kita di muka bumi ini.
Namun, tetap saja kadang sebagian orang terdorong untuk mempersembahkan sebagian bentuk ibadahnya kepada selain Allah dengan beragam dalih yang diada-adakan olehnya atau orang sebelumnya.
Contoh terdekatnya adalah doa, ia adalah ibadah yang paling disukai oleh Allah, dan harus dimurnikan hanya kepada-Nya. Secara asal doa haruslah dipanjatkan langsung kepada Allah tanpa perantara sebagaimana perintah-Nya, akan tetapi Allah membolehkan manusia berdoa melalui perantara yang memang diperbolehkan yaitu melalui Nama dan Sifat-Nya, melalui amal saleh yang dikerjakan, dan melalui doa orang saleh/ orang tua yang masih hidup. Hal tersebut bertujuan menepis pemikiran bahwa jika seorang hamba terlanjur banyak dosa maka ia butuh terhadap perantara yang menyampaikan hajatnya kepada Allah.
Oleh karena itu Allah memperbolehkan tiga bentuk perantara (baca tawassul) sementara selain ketiga tawassul tersebut tidak diperkenankan seperti berdoa melalui perantara zat atau kedudukan seseorang di sisi Allah.
Faedah 3:
Syekh Prof. Dr. Saleh Sindi hafidzahullah pernah menerangkan dalam salah satu kajiannya bahwa akar masalah terjadinya penyimpangan dalam tauhid tertuju pada 3 faktor:
Pertama, ketidaktahuan terhadap makna ibadah dan apa saja yang terklasifikasikan sebagai ibadah.
Kedua, ketidaktahuan terhadap hakikat dari tauhid yang diusung oleh para nabi dan rasul.
Ketiga, ketidaktahuan terhadap hakikat syirik (menduakan Allah) yang diperingatkan oleh para nabi dan rasul.
Makanya, seandainya orang-orang diterangkan secara gamblang apa itu ibadah, tauhid, dan syirik lalu mereka memahami ketiga hal tersebut dengan benar niscaya mereka akan betul-betul memurnikan ibadah kepada Allah dan membenci kesyirikan. Karena ketidaktahuan terhadap ketiga hal itulah akhirnya sebagian orang terjerumus ke dalam perbuatan yang tidak diperintahkan Allah seperti mengira ibadah itu hanyalah sebatas amal ibadah yang zahir saja atau mengira suatu perbuatan bukan bagian dari syirik karena makna syirik yang diketahuinya berbeda dengan makna syirik yang diangkat di dalam Alquran maupun Sunah Nabi Muhammad ﷺ.
Kajian seputar ketiga hal ini mesti diperbanyak, diperdalam, dan diulang-ulang sekira kita tidak terjerumus ke dalam larangan terbesar nan terfatal dalam agama kita.
Jangan lupa pula memanjatkan doa di bawah ini, semoga Allah wafatkan kita dalam keadaan Dia rida terhadap kita, Amin.
اللهم إني أعوذ بك أن أشرك بك شيئا أعلمه، وأستغفرك لما لا أعلمه
Bacanya: “Allahumma inni a’udzu bika an usyrika bika syaian a’lamuhu, wa astagfiruka lima la a’lamuhu.”
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan menduakan-Mu sementara aku menyadarinya. Dan aku pun meminta ampun-Mu dari (kesyirikan yang diperbuat) sementara aku tidak menyadarinya.”
Semoga bermanfaat.
Kota Nabi, 14 Januari 2023
Syadam Husein Alkatiri
0 Komentar