Disebutkan bahwa tiada kasih sayang melebihi kasih sayang yang orang tua tujukan kepada anaknya. Kasing sayang terbesar dan bersifat alamiah yang dimiliki makhluk untuk sesamanya adalah kasih orang tua untuk anaknya.
Diantara hal yang menunjukkan hal ini adalah kisah Nabi Nuh alaihi salam yang pernah meminta Allah untuk menyelamatkan salah satu putranya yang enggan menaiki kapal keselamatan tatkala azab Allah sudah tiba ke tengah kaumnya. Itu salah satu potret cinta seorang ayah kepada anaknya. Namun, Allah secara tegas menolak panjatan doa RasulNya tersebut dan menegurnya karena putra Nabi Nuh tidak menunjukkan keimanannya.
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Hud: 45-47:
وَنَادٰى نُوْحٌ رَّبَّهٗ فَقَالَ رَبِّ اِنَّ ابْنِيْ مِنْ اَهْلِيْ وَاِنَّ وَعْدَكَ الْحَـقُّ وَاَ نْتَ اَحْكَمُ الْحٰكِمِيْنَ •قَالَ يٰـنُوْحُ اِنَّهٗ لَـيْسَ مِنْ اَهْلِكَ ۚ اِنَّهٗ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْـئَــلْنِ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗ اِنِّيْۤ اَعِظُكَ اَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْجٰهِلِيْنَ • قَالَ رَبِّ اِنِّيْۤ اَعُوْذُ بِكَ اَنْ اَسْـئَلَكَ مَا لَـيْسَ لِيْ بِهٖ عِلْمٌ ۗ وَاِلَّا تَغْفِرْ لِيْ وَتَرْحَمْنِيْۤ اَكُنْ مِّنَ الْخٰسِرِ يْنَ
Artinya:
- Dan Nuh memohon kepada Rabbnya dan berdoa: Ya Rabbku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku dan janjiMu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil.
- Dia (Allah) berfirman: Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah keluargamu karena perbuatannya sungguh tidak baik. Sebab itu janganlah Engkau memohon kepadaKu sesuatu yang dirimu tidak ketahui (hakikatnya). Aku mengingatkanmu agar tidak termasuk orang yang bodoh.
- Dia (Nuh) berkata: Ya Rabbku, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari meminta kepadaMu sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Jika Engkau tidak mengampuniku dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang yang merugi."
Adapun dari hadis Nabi ﷺ yang menunjukkan betapa besar kasih orang tua terhadap anak adalah hadis berikut:
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه أنه قال: قُدم على رسول الله ﷺ بسبي، فإذا امرأة من السبي تبتغي إذا وجدت صبيا في السبي أخذته فألصقتهببطنها وأرضعته، فقال لنا رسول الله ﷺ: "أترون هذه المرأة طارحة ولدها في النار؟"
قلنا : لا والله، وهي تقدر على أن لا تطرحه. فقال رسول الله ﷺ: "لله أرحم بعباده من هذه بولدها."
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, dia bercerita: Sekelompok tawanan pernah didatangkan ke hadapan Rasulullah ﷺ. Tetiba ada seorang wanita di tengah para tawanan itu yang mencari-cari anak kecilnya. Ketika mendapati si anak, ia langsung menarik dan mendekapkannya ke pelukannya serta menyusuinya.
Lantas Rasulullah ﷺ menanyai kami: “Apakah kalian mengira bahwa wanita seperti itu akan sanggup melemparkan anaknya ke api?”
Kami pun serentak menjawab: Tentu tidak, demi Allah. (Tidak mungkin) sedang ia punya pilihan untuk tidak melemparkannya.
Rasulullah ﷺ menegaskan: “Sungguh Allah itu jauh lebih sayang terhadap hamba-hambaNya daripada (kasihsayang) perempuan ini terhadap anaknya.” [HR. Bukhari & Muslim]
Di hadis itu Rasulullah ﷺ mengambil pendekatan pemahaman terhadap kasihsayang Allah dengan kasihsayang terbesar yang ditunjukan makhluk terhadap sesama di muka bumi, yaitu kasih ibu kepada anaknya.
Tidak terbayang betapa hancur hati orang tua ketika kehilangan putra atau putrinya. Apalagi jika si anak merenggang nyawa di hadapan kedua mata orang tuanya. Pasti, hati orang tua akan tersayat-sayat mendapati anak yang begitu dikasihinya akan berpisah dengannya.
Makanya Rasulullah ﷺ memberi kabar gembira sekaligus pelipur lara bagi orang tua yang menerima kehilangan anaknya dengan hati yang tabah dan lisan yang tidak mengeluarkan kata-kata ketidakterimaan terhadap takdir Allah kepada anaknya. Berikut hadisnya:
عن أبي موسى رضي الأشعري رضي الله عنه أن رسول الله ﷺ قال: "إذا مات ولد العبد قال الله لملائكته: قبضتم ولد عبدي؟ فيقولون: نعم. فيقول: قبضتم ثمرة فؤاده؟ فيقولون: نعم. فيقول: ماذا قال عبدي؟ فيقولون: حمدك واسترجع. فيقول الله: ابنوا لعبدي بيتا في الجنة، وسموه بيت الحمد."
Dari Abu Musa Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, dia menyampaikan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Tatkala seorang anak wafat, Allah berkata kepada para malaikatNya: Kalian baru saja mengambil anak dari hambaKu? Mereka menjawab: betul. (Allah) kembali berkata: Kalian baru saja mengambil buah hatinya? Mereka pun kembali menjawab: betul. Lantas (Allah) menanyai mereka: Apa yang hambaKu ucapkan (saat itu)? Mereka menjawab: Dia memujiMu dan mengucap kalimat Istirja’ (Inna lillahi wa inna ilaih raji’un, Pent).
Allah pun merintahkan: Segera bangunkan sebuah istana di Surga untuk hambaKu tersebut dan berikan nama Istana Hamd (pujian).” [HR. Tirmizi no.1021]
Pembaca Alukatsir.com yang Allah muliakan, tahukah Anda bahwa Rasulullah ﷺ juga merasakan kehilangan banyak buah hati beliau. Kita bisa bayangkan betapa besar kesedihan yang dirasakan oleh seorang nabi yang punya sifat belaskasih yang besar seperti beliau.
Berikut ini salah satu hadis yang dibawakan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengenai kesedihan mendalam dari Rasulullah ﷺ ketika putra bungsu beliau, Ibrahim, wafat:
دخلنا مع رسول الله ﷺ على أبي سيف القين وكان ظئرا لإبراهيم، فأخذ رسول الله ﷺ إبراهيم فقبله وشمه، ثم دخلنا عليه بعد ذلك وإبراهيم يجودبنفسه، فجعلت عينا رسول الله ﷺ تذرفان، فقال له عبد الرحمن بن عوف رضي الله عنه: وأنت يا رسول الله؟ فقال: يا ابن عوف، إنها رحمة. ثمأتبعها بأخرى فقال ﷺ: إن العين تدمع، والقلب يحزن، ولا نقول إلا ما يرضى ربنا، وإنا بفراقك يا إبراهيم لمحزونون
Kami bersama Rasulullah ﷺ mendatangi Abu Saif Al Qain yang merupakan suami dari ibu persusuan Ibrahim. Waktu itu Rasulullah ﷺ langsung mengendong Ibrahim dan menciumnya. Kemudian kami ikut masuk dan mendapati Ibrahim dalam keadaan sekarat. Kedua mata Rasulullah ﷺ meneteskan airmata.
Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu sontak berkata: Engkau sekalipun (menangis) wahai Rasulullah?
Rasulullah menjawab: Duhai Ibnu Auf, sungguh inilah kasihsayang. Kemudian beliau melanjutkan dengan kalimat berikut: Sungguh airmata mengalir, hati bersedih pilu, Kami tidak berucap kecuali dengan apa yang membuat ridha Rabb kami, dan sungguh Kami sangat bersedih akan perpisahan denganmu wahai Ibrahim. [HR. Bukhari no.1303 dan lihat juga penjelasan Ibnu Hajar terhadap hadis ini dalam syarah beliau]
Pembaca sekalian, sebagai tambahan faedah dari postingan kali ini mengenai putra-putri Rasulullah ﷺ, ada sejumlah fakta yang mungkin Anda ingin ketahui lebih jauh:
Pertama, Ketiga putra Nabi Muhammad ﷺ telah wafat ketika masih kecil, yaitu Al Qasim, Abdullah, dan Ibrahim.
Kedua, Putri-putri Beliau hidup sampai dewasa dan menikah. Tiga diantaranya wafat sebelum Nabi Muhammad ﷺwafat, yaitu Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kultsum.
Ketiga, Putri Beliau sekaligus ibu dari Hasan dan Husain, Fatimah, wafat setelah Nabi wafat. Ada yang menyebut sekitar enam bulan setelahnya. Ada pula yang menyebut tidak berapa lama setelah Ayahnya wafat. Disebutkan pula bahwa Beliau adalah putri bungsu Nabi Muhammad. Namun ada pula yang berpendapat bahwa Beliau bukanlah yang paling bungsu tetapi saudarinya yang bernama Ummu Kultsum.
Bisa dilihat betapa Rasulullah ﷺ sangat sabar menghadapi ujian hidup dari Allah Azza wa Jalla. Putra-putri beliau wafat sebelum beliau kecuali Fatimah رضي الله عنها. Artinya, beliau harus menghadapi pahit getirnya perpisahan dengan hampir kesemua anak beliau saat itu.
Namun Beliau ﷺ sendiri telah menyampaikan kepada kita bahwa para nabi adalah orang yang mendapat cobaan paling berat dari Allah, berikut bunyi hadisnya:
عن سعد بن أبي وقاص رضي الله عنه قال: قلت: يا رسول الله، أي الناس أشد بلاء؟ قال: "الأنبياء، ثم الأمثل فالأمثل، فيبتلى الرجل على حسب دينه،فإن كان دينه صلبا اشتد بلاؤه، وإن كان في دينه رقة ابتلي على حسب دينه، فما يبرح البلاء بالعبد حتى يتركه يمشي على الأرض ما عليه خطيئة ".
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Aku pernah bertanya: Wahai Rasulullah, siapa manusia yang cobaannya paling berat? Beliau menjawab: Para Nabi kemudian orang yang seperti mereka kemudian orang yang sepertinya. Seseorang akan diberi cobaan sesuai kadar agamanya. Jika agamanya kokoh, cobaan akan semakin berat. Jika agamanya kurang kokoh, cobaan akan diberikan sesuai kadarnya. Cobaan akan terus menghampiri seorang hamba sampai ia dapat berjalan di muka bumi ini dengan tidak memikul dosa.” [HR. Tirmizi no.2398]
KLIK PADA GAMBAR UNTUK TAMPILAN LEBIH JELAS
Demikian postingan kali ini. Semoga ada manfaat yang bisa dipetik dan diamalkan untuk diri penulis dan pembaca sekalian.
Disusun:
Syadam Husein Alkatiri di Kota Nabi ﷺ
#alukatsir
0 Komentar