Diantara hal yang dinilai keliru ketika berbicara adalah sikap seseorang yang begitu semangat mengutarakan pendapat dan komentarnya terhadap segala hal besar maupun hal remeh, baik terhadap peristiwa besar ataupun peristiwa kecil.
Kita dapati segelintir orang terkadang memiliki semangat untuk menyampaikan pendapatnya, memamerkan kemampuan analisanya, memberikan kesan kepada orang lain mengenai kehebatan dan ketajaman pandangannya.
Biasanya, orang seperti ini berusaha mencari kesempatan sekecil apapun untuk mengemukakan pendapatnya dalam hal-hal sepele sekalipun, apalagi terhadap hal besar. Dia begitu gigih untuk berpendapat dan menyuarakannya, baik dikasih kesempatan untuk itu maupun tidak. Baik dimintai pendapat maupun tidak, dia tetap ‘bersuara’.
Itu semua dilakukannya tanpa memikirkan akibat yang bisa timbul dan memperkeruh suasana ataupun tanpa menimbang maslahat dan kebaikan yang dapat terlepas.
Sikap semacam ini jelas berseberangan dengan sikap kewibaan dan kemuliaan. Juga, sikap ini dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam kubangan kesalahan dan penyesalan.
Sungguh, tidak ada kebaikan dari suatu pendapat yang diawali dari ketergesaan dalam menilai. Suatu pendapat yang belum dipikirkan dengan matang itu tidak baik. Demikian juga suatu ucapan yang tidak ditimbang dengan seksama sama buruknya.
Orang Arab memiliki suatu ungkapan yang berbunyi: “orang yang sering terburu-buru lebih banyak kelirunya.”
Bukan sikap yang bijak ketika seseorang tergesa-gesa dalam menyampaikan pendapat atau komentarnya karena ia bisa keliru dan pendapatnya bisa saja menyelisihi kebenaran. Bahkan, bisa jadi itu akan menyeretnya kepada sikap ’ngeyel’ dengan pendapatnya walaupun pendapatnya jelas-jelas salah.
Hal ini tentu akan berbeda jika dirinya lebih santai dan tidak terburu-buru. Jika ia tidak tergesa-gesa berkomentar maka ia dapat berfikir lebih jernih, lebih berkesempatan untuk menemukan pendapat yang tepat, dan lebih berpeluang untuk menghindari kekeliruan.
Dulu, Bangsa Arab senang memuji orang yang tidak tergesa-gesa dan orang yang berfikir matang dalam menyikapi suatu masalah, orang yang selalu menimbang pendapat atau komentarnya.
Bukan bagian dari sikap bijaksana ketika seseorang menyampaikan pendapatnya terhadap apa saja yang diketahuinya walaupun ia memang menguasainya. Tidak setiap pendapat mesti diungkapkan sebagaimana tidak setiap apa yang diketahui itu diucapkan.
Diantara sikap yang bijak pula adalah seseorang berusaha menjaga pendapat-pendapatnya kecuali di kondisi yang mengharuskannya untuk mengutarakannya dan disitu terdapat hikmah dan kebaikan.
Ibnu Hibban rahimahullah menyatakan:
Orang yang ramah itu sukar untuk diabaikan. Orang yang suka terburu-buru itu sulit untuk diimbangi. Orang yang lebih memilih diam itu jarang sekali menyesal. Dan orang yang suka bicara itu tidak jarang ia tergelincir.
Orang yang terburu-buru sering bicara sebelum berpikir. Dia menjawab padahal belum memahami dengan sempurna. Dia memuji sesuatu padahal belum mencobanya. Dia mencela padahal sebelumnya sempat memuji. Dia menyampaikan pendapat sebelum menimbang dengan baik. Dan dia memulai sesuatu sebelum menumbuhkan tekad yang benar.
Disadur dan dialih-bahasakan dari kitab:
من الأخطاء في أدب المحادثة والمجالسة للدكتور محمد إبراهيم الحمد ص٢١-٢٣
Demikian dan semoga bermanfaat.
@alukatsir
Kita dapati segelintir orang terkadang memiliki semangat untuk menyampaikan pendapatnya, memamerkan kemampuan analisanya, memberikan kesan kepada orang lain mengenai kehebatan dan ketajaman pandangannya.
Biasanya, orang seperti ini berusaha mencari kesempatan sekecil apapun untuk mengemukakan pendapatnya dalam hal-hal sepele sekalipun, apalagi terhadap hal besar. Dia begitu gigih untuk berpendapat dan menyuarakannya, baik dikasih kesempatan untuk itu maupun tidak. Baik dimintai pendapat maupun tidak, dia tetap ‘bersuara’.
Itu semua dilakukannya tanpa memikirkan akibat yang bisa timbul dan memperkeruh suasana ataupun tanpa menimbang maslahat dan kebaikan yang dapat terlepas.
Sikap semacam ini jelas berseberangan dengan sikap kewibaan dan kemuliaan. Juga, sikap ini dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam kubangan kesalahan dan penyesalan.
Sungguh, tidak ada kebaikan dari suatu pendapat yang diawali dari ketergesaan dalam menilai. Suatu pendapat yang belum dipikirkan dengan matang itu tidak baik. Demikian juga suatu ucapan yang tidak ditimbang dengan seksama sama buruknya.
Orang Arab memiliki suatu ungkapan yang berbunyi: “orang yang sering terburu-buru lebih banyak kelirunya.”
Bukan sikap yang bijak ketika seseorang tergesa-gesa dalam menyampaikan pendapat atau komentarnya karena ia bisa keliru dan pendapatnya bisa saja menyelisihi kebenaran. Bahkan, bisa jadi itu akan menyeretnya kepada sikap ’ngeyel’ dengan pendapatnya walaupun pendapatnya jelas-jelas salah.
Hal ini tentu akan berbeda jika dirinya lebih santai dan tidak terburu-buru. Jika ia tidak tergesa-gesa berkomentar maka ia dapat berfikir lebih jernih, lebih berkesempatan untuk menemukan pendapat yang tepat, dan lebih berpeluang untuk menghindari kekeliruan.
Dulu, Bangsa Arab senang memuji orang yang tidak tergesa-gesa dan orang yang berfikir matang dalam menyikapi suatu masalah, orang yang selalu menimbang pendapat atau komentarnya.
Bukan bagian dari sikap bijaksana ketika seseorang menyampaikan pendapatnya terhadap apa saja yang diketahuinya walaupun ia memang menguasainya. Tidak setiap pendapat mesti diungkapkan sebagaimana tidak setiap apa yang diketahui itu diucapkan.
Diantara sikap yang bijak pula adalah seseorang berusaha menjaga pendapat-pendapatnya kecuali di kondisi yang mengharuskannya untuk mengutarakannya dan disitu terdapat hikmah dan kebaikan.
Ibnu Hibban rahimahullah menyatakan:
Orang yang ramah itu sukar untuk diabaikan. Orang yang suka terburu-buru itu sulit untuk diimbangi. Orang yang lebih memilih diam itu jarang sekali menyesal. Dan orang yang suka bicara itu tidak jarang ia tergelincir.
Orang yang terburu-buru sering bicara sebelum berpikir. Dia menjawab padahal belum memahami dengan sempurna. Dia memuji sesuatu padahal belum mencobanya. Dia mencela padahal sebelumnya sempat memuji. Dia menyampaikan pendapat sebelum menimbang dengan baik. Dan dia memulai sesuatu sebelum menumbuhkan tekad yang benar.
Orang yang suka tergesa-gesa akan terus dinaungi penyesalan dan dijauhi keselamatan. Bangsa Arab punya ungkapan atau mereka biasa menamai sikap tergesa-gesa itu dengan nama ‘ibu dari banyak penyesalahan’.
Disadur dan dialih-bahasakan dari kitab:
من الأخطاء في أدب المحادثة والمجالسة للدكتور محمد إبراهيم الحمد ص٢١-٢٣
Demikian dan semoga bermanfaat.
@alukatsir
0 Komentar