Bismillah. Alhamdulillahri Rabbil 'Alamin, wa bihi nasta'in 'ala umrid dunya wad din. Washshalatu wassalamu ála Nabiyyina wa Habibina Muhammadin, wa ála Alihi wa Shahbihit Tahyyibinat Thahirin. Wa ba'du:
Pembaca Alukatsir Blog yang dimuliakan Allah, Islam adalah agama yang sempurna. Allah telah mengatur segala bentuk dan cara untuk mendekatkan seorang hamba kepadaNya. Tentunya melalui perantara Rasul UtusanNya, yaitu Nabi kita yang mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
foto via hdwallsource.com |
Nabi Muhammad sebagai seorang utusan yang telah ditunjuk oleh Allah untuk menyeru dan mengembalikan umat manusia kepada fitrah dasar mereka selaku makhluk yang diciptakan oleh Pencipta mereka, beliau mengingatkan kita semua agar hanya menambatkan hati dan menyembah satu sesembahan saja: yaitu Allah yang menciptakan kita semua dan seluruh alam semesta.
Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah semata, beliau 'alaihi afdhalus shalatu wassalam berkewajiban untuk menerangkan cara-cara menyembah dan bentuk-bentuk ibadah kepada Sang Pencipta tersebut. Beliau sudah menerangkan dan menjelaskan sejelas-jelasnya kepada kita semua.
Dan kewajiban tersebut telah selesai ditunaikan oleh beliau hingga wafatnya. Artinya tidaklah beliau meninggalkan umat beliau melainkan beliau sudah menunaikan amanat yang telah dibebankan Allah kepada beliau, tanpa mengurangi atau menyembunyikan sedikitpun dari amanat risalah tersebut.
Tidak heran, jika Nabi kita sangat menegaskan hal ini dalam sebuah hadist beliau yang dibawakan oleh sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma. Beliau bersabda:
إنّه لم يكن نبيّ قبلي إلا كان حقا عليه أن يدلّ أمته على خير ما يعلمه لهم وينذرهم شرّ ما يعلمه لهم
Sesungguhnya tidak ada seorangpun nabi sebelumku melainkan ia berkewajiban untuk menerangkan segala bentuk kebaikan yang ia ketahui kepada umatnya dan memperingatkan mereka dari segala bentuk keburukan yang ia ketahui. [HR. Muslim no. 1844]
Makanya salah seorang sahabat beliau, Abu Dzar Al-Ghifary radhiyallahu 'anhu sampai bersaksi dan menegaskan kepada kita dengan ucapan beliau tentang kesempurnaan ajaran Nabi Muhammad yang mencakup segala hal yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Rabbnya. Beliau pernah berkata:
لقد تركنا رسول الله غ وما يتقلّب في السماء طائر إلا ذَكَّرَنا منه علماً
"Sungguh, Rasulullah telah meninggalkan kami. Namun tidaklah seekor burung terbang hilir-mudik di langit melainkan beliau juga telah menerangkannya kepada kami ilmunya".
[HR. Ahmad no. 21439 dan Tabrany di Mu'jam Al-Kabir no.1647. Al-Haitsamy menerangkan di Majma' Zawaid (8/263-264) bahwa sanadnya shahih]
Ya. Segala sesuatu yang berkaitan dengan cara seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah telah disampaikan dan diterangkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau tidak melewatkannya sedikitpun hingga ajaran Islam sempurna dan beliau dapat meninggalkan dunia ini.
Allah Ta'la juga menerangkan kesempurnaan ajaran yang diajarkan dan disampaikan oleh Sang Utusan tercintanya melalui salah satu ayat Al-Qu'an yang berbunyi:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kalian agama kalian. Ku telah lengkapkan nikmatku atas kalian. Dan Ku telah telah ridhai Islam sebagai agama kalian". [QS. Al-Maidah: 3]
Jadi, syariat yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bawa dan ajarkan kepada umat beliau telah sempurna karena beliau sudah menyampaikan seluruh amanat yang dibebankan kepada beliau tentang segala hal yang dapat mendekatkan hamba kepada Rabbnya.
Termasuk juga urusan wanita-wanita beriman. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada mereka bagaimana beribadah kepada Allah. Mulai dari pembahasan haid, nifas, shalat, puasa, dan hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan mereka telah diterangkan beliau.
***
Pembaca Alukatsir Blog yang dirahmati Allah, di kesempatan kali ini saya akan nukilkan salah satu ucapan sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Masúd radhiyallahu 'anhu yang telah meriwayatkan hadits yang cukup banyak dari Rasulullah dan mengerti hukum-hukum syariat yang ada. Sahabat yang mulia ini pernah mengingatkan:
ما تعبدت الله امرأة بمثل: تقوى الله وجلوسها في بيتها
Tidak ada ibadah seorang perempuan yang (terbaik) melebihi ibadahnya dalam bentuk ketakwaan kepada Allah dan berdiam diri di rumahnya. [Tafsirus Sam'any (4/ 279)]
***
Kesimpulan...
Jika
Nabi kita adalah utusan yang ditunjuk langsung oleh Allah untuk mengenalkan dan
mengajarkan segala hal yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah, dan beliau
sendiri menegaskan bahwa tidak ada satu kebaikan pun yang beliau ketahui
melainkan beliau sudah sampaikan kepada umatnya; sebagaimana itu adalah
kewajiban beliau dan nabi-nabi sebelum beliau, maka:
1.
Orang yang paling mengerti cara menyembah Allah adalah utusan Allah itu sendiri
dan beliau sudah mengajarkannya kepada kita semua sebelum beliau wafat
meninggalkan dunia yang fana ini.
2.
Allah pun menegaskan bahwa ajaran Islam yang sudah disampaikan dan amanat
Rasulullah yang sudah ditunaikan itu telah mendapat ridha dariNya.
3.
Mengenai kesempurnaan dan keluasan cakupan syariat yang dibawa Nabi ini,
sejumlah sahabat beliau turut bersaksi atas hal ini. Bahkan ilmu tentang burung
yang terbang pun juga sudah disampaikan oleh Nabi, tegas mereka. Lantas, tidak
boleh ada dan tidak layak bagi muslim yang mengaku bagian umat beliau: meragukan
kesempurnaan ajaran beliau tersebut.
Jika
hal-hal kecil saja disampaikan oleh beliau, maka lebih-lebih lagi hal-hal besar
yang berkaitan dengan ibadah dan penghambaan diri kepada Allah telah dijelaskan
dan diterangkan oleh Rasulullah mengenai tata cara dan bentuknya.
4.
Keberadaan hukum-hukum syariat yang berkenaan dengan tata cara ibadah seorang
wanita menunjukkan bahwa itu adalah salah satu bentuk dari kesempurnaan dan
keluasan cakupan agama Islam dan ajarannya.
5.
Sebaik-baik ibadah dan setinggi-tinggi amalan bagi seorang muslimah adalah
bertakwa kepada Allah dan berdiam diri di rumahnya.
Demikian
dan semoga bermanfaat.
2 Komentar
Alhamdulillah.. wa baarakallahu fiik
BalasHapusamin. wa fikum barakallah
Hapus