Pertanyaan:
Aku juga berusaha untuk tidak melewatkan bacaan Al-Qurán setiap hari.
Aku seorang perempuan yang sudah
menikah dan memilki 2 anak yang masih kecil. Aku bersyukur kepada Allah atas
karunia yang besar ini. Aku selalu berusaha untuk menjaga shalat 5 waktu dan
mengerjakannya di waktu-waktu yang sudah ditentukan.
Aku juga berusaha untuk tidak melewatkan bacaan Al-Qurán setiap hari.
foto via hdwallsource.com |
Tetapi ada satu hal yang sangat
mengganjal di hatiku. Ada masalah di setiap kali aku ingin mengambil wudhu dan
di setiap aku ingin menunaikan shalat wajib.
Sepertinya aku sedang dicoba dengan
penyakit waswas yang selalu terngiang di telingaku bahwa wudhu yang ku kerjakan
barusan tidak sempurna. Begitu pula shalatku, selalu ada bisikan yang membuatku
selalu ragu akan keabsahan atau kesempurnaan shalatku tersebut.
Masalah ini terus-terusan terjadi
denganku. Maka aku mohon Anda berkenan memberikan nasihat kepadaku tentang apa
yang mesti ku lakukan?
Demikian dan semoga Allah membalas
Anda dengan kebaikan wahai Syaikh yang mulia?
Jawaban:
Iya betul. Itu adalah waswas yang
berasal dari setan. Allah telah menerangkan kepada kita semua bahwa setan itu
adalah musuk kita, Allah berfirman:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا
"Sesungguhnya setan itu adalah
musuh bagi kalian. Maka sudah semestinya kalian juga menjadikannya musuh".
[QS. Fathir: 6]
Dan setan tidak akan berhenti untuk
membisikkan waswas atau keragu-raguan dalam ibadah, muamalah, dan segala
kondisi seseorang. Sampai-sampai ia tidak mau membiarkannya yakin terhadap satu
perkara pun dari perkara-perkara yang dimiliki orang tersebut.
Bisa jadi, setan itu merusak ibadah
seseorang melalui berbagai celah yang ada. Dan penangkal itu semua adalah
dengan istiánah (meminta pertolongan Allah, Pent) untuk bisa
melawan setan tersebut.
Hendaklah kita senantiasa meminta
tolong kepada Allah agar dikuatkan dan diteguhkan untuk menghadapi waswas yang
dihembuskan setan kepada kita.
Sebagai contoh, di dalam masalah thaharah
(bersuci dari najis, Pent), setan akan mendatangi seseorang dan
membisikkannya:
Kamu belum membasuh tanganmu sama
sekali!
Kamu belum menyelesaikan dan
menyempurnakan wudhumu!
Kamu melewatkan satu anggota badanmu
yang wajib kena air wudhu!
Dan bisikan-bisikan semisal ini. Bahkan
bisa jadi bisikan seperti tadi juga muncul setelah Anda selesai berwudhu. Obatnya
adalah dengan Anda mengucapkan: "Aku berlindung kepada Allah dari setan
yang terkutuk" dan segeralah menjauh dari tempat wudhumu, walaupun
bisikan setan ke telinga atau kepala Anda semakin kencang agar Anda kembali
menyempurnakan wudhu atau agar Anda membasuh bagian yang belum terbasuh.
Maka Saya tegaskan disini bahwa
janganlah sekali-kali Anda menaruh perhatian sedikitpun terhadap bisikan
seperti ini, apalagi selama Anda terkena cobaan berupa penyakit waswas yang
berkesinambungan ini.
Ketika shalat misalnya, setan juga
akan mendatangi seseorang dan berusaha membuatnya ragu bahwa shalatnya belum
sempurna atau tidak sah, atau ruku'nya kurang, atau sujudnya kelewatan, dan
bisikan semisalnya.
Maka sekali lagi hendaknya orang
tadi tidak menggubrisnya sama sekali sembari meminta betul-betul pertolongan
Allah untuk menghadapi bisikan-bisikan setan yang terkutuk tadi. Yakinlah bahwa
setan tidak akan mampu mencelakainya sedikitpun (karena ia hanya mampu
membisikkan, bukan memaksanya).
Bahkan bisa jadi setan juga
mendatangi seseorang dan membisikkan ke pikirannya bahwa ia telah mentalak
isterinya, atau menggambarkan kepadanya bahwa ia telah terlanjur berucap kepada
isterinya: "jika Engkau berbuat ini dan itu maka Engkau ku talak",
dan seterusnya sedangkan itu tidak pernah terjadi sama sekali, hanya sekedar
waswas yang dihembuskan oleh setan tadi.
Mungkin sebagian orang juga ada yang
sampai ke tahap membatalkan ibadahnya gegara waswas tadi.
Sebagai contoh lagi, setan
mendatangi seseorang dan membisikkan kepadanya bahwa wudhunya telah batal
padahal pada kenyataannya tidak batal sama sekali. Akan tetapi dikarenakan
bisikan tersebut begitu meyakinkannya maka akhirnya ia pun mengambil air wudhu
kembali.
Kemudian setelah ia selesai
berwudhu, setan tidak membiarkannya tenang, ia akan kembali mengganggu dan
mempermainkan wudhunya dengan membisikkan ke pikirannya seolah-olah ada keluar
sesuatu dari badannya yang membatalkan wudhunya.
Akhirnya karena saking kuatnya
bisikan tadi, orang itupun mengeluarkan sesuatu dari badannya yang membatalkan
wudhunya sehingga ia pun kembali mengambil air wudhu.
Begitu seterusnya, ia merasa batal
dan berwudhu, membatalkan wudhunya tadi dan berwudhu lagi. Begitulah yang
terjadi pada dirinya jika ia mulai mendengarkan satu bisikan setan hingga datang
bisikan-bisikan lainnya.
Dalam shalat pun setan tetap akan
mengganggunya. Ia mendatanginya setelah orang tadi baru melaksanakan satu
rakaát shalat atau lebih, ia akan berbisik: "Tadi kamu sepertinya belum
takbir takbiratul ihram"atau "Sepertinya kamu belum sempat
berniat sebelum mulai shalat".
Hingga akhirnya orang itupun
membatalkan shalatnya (yang sudah berjalan satu rakaát atau lebih) dan memulai
kembali shalatnya dari awal.
Manakala ia mulai lagi, maka saat
itu pula setan kembali mengulangi bisikan-bisikannya seperti kamu belum berniat
atau belum takbir. Akhirnya orang tadi kembali mengulang shalat dan begitu seterusnya
hingga waktu shalat habis karena dia tidak selesai-selesai dan mengulang-ulang
shalatnya.
Perkara ini tidak hanya sebatas
mengganggu perbuatan atau amalan seseorang saja, melainkan juga mengganggu
kondisi kejiwaan dan pikirannya hingga ia merasa lelah (dengan pikiran-pikiran
yang bergelayut di kepalanya tadi, Pent).
Dalam perkara talak, setan akan
berusaha meyakinkan seorang suami: "Kamu barusan menceraikan
isterimu", padahal ia tidak mentalaknya sama sakali, itu hanya waswas
yang ada di pikirannya.
Kemudian setan kembali membisikkan
kepadanya: "Berhubung sudah terjadi maka Engkau istirahatlah" hingga
talak pun betul-betul terjadi. Bahkan bisa jadi itu terjadi hingga talak
terakhir yang diperbolehkan untuk rujuk. Orang itupun terseret ke dalam masalah
besar akhirnya.
Sesungguhnya penangkal dan obat dari
itu semua adalah dengan berlindung kepada Allah dari segala godaan dan bisikan
setan yang terkutuk, kemudian dia tetap fokus dan meneruskan ibadahnya yang
sedang dikerjakannya hingga selesai.
Sebagaimana arahan yang diberikan
oleh Nabi shallallahu álaihi wa sallam dalam hal ini kepada orang yang
diganggu dan dibisikkan setan: "Siapa yang menciptakan ini. Siapa yang
menciptakan itu?" hingga orang tersebut dibisikkan "Lantas,
siapa yang menciptakan Allah?".
Nabi mengajari orang tersebut agar
berlindung kepada Allah dengan berucap: Áudzu billahi minas syaithanir rajim
(Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, Pent).
Kemudian orang tersebut disuruh agar
berhenti berpikiran seperti itu atau agar berhenti mendengarkan bisikan-bisikan
tadi dan tidak menggubrisnya sama sekali.
Ini adalah bentuk cobaan yang
menimpa sebagian orang. Bahkan terkadang ada sebagian orang yang bertanya (kepadaku)
bahwa setan telah mengatakan kepadanya: "Kamu sedang shalat ke arah
patung!" padahal tidak ada patung satu pun di rumahnya, atau bahkan ia
sendiri tidak tahu apa itu patung.
Namun begitulah setan, ia akan
berusaha memperdaya dan menipu kita dengan berbagai cara. Sampai-sampai ia pun
membisikkan kepada orang tadi: "Kamu shalat untuk Allah, tetapi dimana
Allah itu?"
Setan berusaha menyeretnya ke jurang
pengingkaran atas keberadaan Allah, semoga Allah menyelamatkan kita semua dari
hal semacam ini.
Dan hendaknya ketika setan berusaha
membisikkan hal ini, orang tersebut segera berkata kepada dirinya sendiri
sembari yakin: "Bukankah aku sudah berwudhu, dan aku pun shalat untuk
Allah. Bukankah ini adalah bentuk keimananku kepada Allah karena tidak ada
orang yang berwudhu dan shalat melainkan ia seorang yang berimana kepada Allah
Azza wa Jalla!?".
Ketahuilah bahwa tidaklah seseorang
itu mengambil air wudhu dan kemudian shalat melainkan itu adalah indikasi
keimanan kepada Allah dan ini yang dinamakan beriman.
Oleh karenanya, barangsiapa
didatangi setan dan dibisiki di pikirannya dengan berbagai bisikan tadi maka
wajib baginya untuk mengusir jauh-jauh setan tadi dengan 2 hal yang telah
dijelaskan:
Pertama: dengan istiádzah
(berlindung kepada Allah) dari berbagai godaan dan bisikan setan yang terkutuk.
Kedua: tidak mendengarkannya, apalagi
menggubrisnya, tetap meneruskan ibadah yang dikerjakan tanpa membatalkannya
sama sekali atau berpikiran untuk membatalkannya.
Setelah melakukan 2 hal ini maka
insyaAllah waswas dan bisikan-bisikan setan akan hilang dengan sendirinya atau
berkurang sedikit demi sedikit.
Catatan:
Artikel ini berasal dari fatwa dan
jawaban berbahasa arab Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah:
Silsilatu Fatawa Nur alad Darbi, kaset no. 205 dengan beberapa
penyesuaian dari Alukatsir Blog.
Semoga bermanfaat untuk segenap
Pembaca blog ini.
Baca juga:
28 Komentar
Dengan Hamba Allah. Assalamualaikum, terimaksih atas artikelnya yang sangat membantu atas penderitaan waswas yang dialami saya selama lebih dari 25 thn, dan saya selalu berusaha untuk kesembuhannya, namun sampai saat ini waswas saya tetap belum hilang, sehingga membuat capek dalam beribadah. Dari artikel diatas salah satu cara untuk menghilangkannya adalah tidak menggubrisnya meskipun bisikan tersebut semakin kencang. Pertanyaan saya, ketika ada waswas apakah boleh meneruskan amalan tsb andaikan apa yang diwaswaskan itu benar adanya (tidak mengulangi amalan tsb untuk menutupi resiko)
BalasHapusWaálaikumsalam warahmatullah wabarakatuh. Terima kasih kepada saudara yang menyempatkan mampir dan semoga bermanfaat.
HapusMengenai pertanyaan saudara tadi, hendaknya bagi siapa saja yang tengah diuji dengan waswas agar tetap meneruskan amal yang sedang dikerjakan tersebut. Selama ia dalam kondisi waswas maka ia tidak bisa putuskan apakah benar adanya apa yang diwaswaskan kepadanya.
Bahkan jika memang pada kenyaatannya benar maka bagi seorang yang sedang diuji dengan waswas agar tetap meneruskannya dan semoga Allah mengampuni amalan yang kurang tersebut. Karena kondisi orang yang waswas memang berbeda, ada keringanan didalamnya hingga ia dapat terlepas dari jerat waswas setan tersebut.
Kira-kira begitulah jawaban yang saya dengar langsung dari salah satu Syaikh di Madinah, yaitu Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily ketika ditanya perihal waswas.
Demikian dan mudah-mudahan bermanfaat.
Terimakasih atas jawaban, sehingga dapat menjadi obat badi saya
HapusAssalamualaikum, meneruskan pertanyaan yang lalu perihal penyakit waswas terutama dalam niat ketika akan memulai melaksanakan sesuatu merasa belum berniat, sehingga untuk meyakinkan, niat itu diperbaharui dengan menyusun kata-kata dalam HATI seperti ungkapan "saya ingin wudu" ketika akan wudu tapi setelah itu merasa belum pas atau belum sah sehingga diulang-ulang sampai beberapa kali, untuk itu saya memohon nasihatnya. Kemudian ada beberapa pertanyaan
BalasHapus1. Bila sudah berniat untuk wudu tapi sebelum wudu dimulai saya sempat kencing dulu, apakah niat tersebut rusak/batal tidak sehingga perlu diperbaharui, ataukah masih berlaku sehingga saya stelah kencing langsung memulai amalan wudu dst sd selesai.
2. Bila ada waswas niat kemudian tidak digubris dan diteruskan sd selesai dengan berpedoman kepada "Setiap amal pasti diawali dengan niat" benarkah sikap saya? sebelumnya diucapkan terima atas saran nasihatnya
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
BalasHapusKepada Saudara/i yang dimuliakan Allah, mengenai masalah menyusun kata-kata dalam hati sebagai ungkapan niat untuk berwudhu maka hendaknya Anda mencukupkannya satu kali saja tanpa perlu mengulangnya walau Anda ragu.
Agar Anda lebih tenang maka ada yang perlu diketahui seputar niat disini. Niat itu adalah keinginan. Ketika Anda sudah mulai melangkahkan kaki, mengambil air wudhu, dan membasuh satu persatu anggota badan maka itu sudah terhitung niat, sehingga tidak perlu diulang-ulang kembali. Maka tidak perlu khawatir akan keabsahan wudhu Anda.
Adapun mengenai pertanyaan pertama, niat Anda tidak rusak apalagi batal.
Untuk pertanyaan kedua, memang sudah menjadi hal yang ditetapkan di syariat Islam bahwa setiap amal itu harus diawali dengan niat. Dengan niat, antara ibadah dan kebiasaan bisa dibedakan. Dengan niat pula, antara amal yang wajib dan amal yang sunnah bisa ditentukan walaupun tata cara pelaksaannya sama.
Oleh karena itu, sikap Anda yang berpedoman dengan "setiap amal harus diawali dengan niat" itu sudah tepat. Dan Anda tinggal menambahkan sedikit usaha lagi untuk tidak menggubris amal yang Anda kerjakan tersebut.
Mudah-mudahan Allah menerima amal kita semua, yang sedikit maupun yang banyak. Dan semoga Allah segera mengangkat waswas dari diri kita semua.
Demikian. Semoga bermanfaat.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, terima kasih atas ilmunya yang sangat membantu saya, kalau boleh menyimpulkan, benarkah sikap saya ketika muncul waswas dengan cara mengabaikannya dan tidak memikirkan sah tidakbya amalan tapi terus menyelesaikan sampai selesai. terima kasih
HapusWa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh. Terima kasih kembali kepada Anda karena menyempatkan diri mampir di blog ini.
HapusIya betul. Memang seharusnya seperti itu bagi siapa saja yg sedang diuji dengan waswas agar mengabaikan dan bersegera menyelesaikan amalannya. Dengan catatan, tetap memperhatikan tuma'ninah di dalam shalat.
Berikut ini saya bawakan sebuah kisah yg menyebutkan salah satu cara mengurangi waswas setan di dalam shalat dengan tetap memperhatikan batasan wajib shalat:
Dari Abdullah bin 'Anamah, beliau bercerita bahwa beliau sempat melihat 'Ammar bin Yasir masuk ke dalam masjid kemudian shalat dan mempercepat shalatnya.
Selepas shalat dan ketika hendak beranjak keluar dari masjid, (Abdullah) pun bergegas mendatanginya (Ammar) dan bertanya:
Wahai Abal Yaqdzan (kuniyah Ammar bin Yasir), ku perhatikan engkau tadi mempercepat shalatmu!
Beliau menjawab: apakah kamu lihat ada yg ku kurangi sedikitpun dari batasan-batasan shalat?
Aku jawab: tidak.
Beliau (Ammar) kembali menjelaskan: sesungguhnya aku mempercepat shalatku sekira setan tidak berlama-lama membuatku lalai, karena aku pernah mendengar sendiri bahwa Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya seorang hamba itu ketika ia mulai menunaikan shalat, ada yg pahalanya dituliskan hanya sepersepuluhnya saja, (ada pula yg dapat pahala) sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, dan (ada juga yg dapat) setengahnya (dari pahala shalatnya tersebut)".
HR. Ahmad (no. 18894) dan Abu Daud (no. 796), dan dinilai hasan oleh Syaikh Albani.
Catatan:
'Ammar bin Yasir radhiyallahu anhuma adalah salah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, terimakasih banyak atas nasihat dan ilmu semoga bermanfaat bagi saya, masih ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan setiap akan atau sedang dalam melakukan amal ibadah selalu muncul berbagai macam lintasan hati yang mengganggu, pertanyaan saya:
BalasHapus1. Apakah setiap lintasan hati/pikiran tersebut merupakan waswas setan?
2. Perlukah dijawab atas pertanyaan lintasan hati/pikiran tersebut atau harus diabaikan(Tidak dijawab)? Bila dijawab selalu muncul lintasan pertanyaan baru dan begitu seterusnya tanpa berkesudahan sehingga misal ketika sholat lama memikirkan lintasan hati.
3. Bila ada pertanyaan lintasan yang belum tahu secara pasti hukumnya apakah perlu diabaikan (misal pertanyaan "pakah hal ini sah/tidak atau batal/tidak dan banyak macam pertanyaan yang membuat kepala pusing)
4. Benarkah saya bersikap melupakan/mengabaikan semua lintasan tersebut tanpa harus menjawabnya dan tanpa memikirkan apakah sah atau tidaknya ibadah atau batal tidaknya. terimakasih atas nasehat dan perhatiannya. Wassalamualaikum
waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh. terima kasih kembali karena menyempatkan diri mampir di blog saya dan semoga bermanfaat.
Hapuspertama, tidak semua yang terlintas di hati atau pikiran kita adalah waswas yang berasal dari setan karena ada pula yang memang berasal dari kita sendiri, dan ada pula yang berasal dari Allah yang dinamakan ilham sebagaimana Allah ilhamkan kepada ibu nabi Musa untuk melemparkan putranya ke air. Namun yang pasti, jika yang terlintas di pikiran kita adalah hal yang mengganggu kenyamanan ibadah kita maka itu bisa berasal dari setan dan bisa berasal dari diri kita sendiri.
kedua, tidak perlu dijawab atau dihiraukan karena sekali dijawab maka akan mendatangkan pertanyaan lain terlebih ketika shalat. Hal ini sebagaiamana kaidah untuk orang yang sedang berjuang melawan waswas, yaitu tidak menghiraukan waswas itu sendiri.
ketiga,sekali lagi jangan dipikirkan sah tidaknya ketika kita menjalankan suatu ibadah. Yang terpenting adalah kita mempelajari syarat sah, rukun, wajibat suatu ibadah, shalat misalnya dan kita kerjakan tanpa memikirkan apakah shalat kita sah atau tidak, batal atau tidak ketika shalat itu tengah dikerjakan karena hal itu malah menghilangkan kekhusyu'an kita. Itu adalah waswas, apalagi malah berakibat tidak baik semisal membuat Anda membatalkan shalat Anda.
keempat, sekali lagi sikap Anda sudah tepat. Semoga Allah membimbing kita semua untuk bisa terlepas dari gangguan pikiran dan waswas di dalam shalat dan ibadah-ibadah lainnya. Amin.
sekian dan semoga bermanfaat. mohon maaf atas keterlambatan saya dalam membalas pertanyaan Anda di blog ini. Wassalam.
Assalamu'aliakum
BalasHapusSaya seorang yg memiliki penyakit was was yg sudah lama,berbagai was was sudah pernah saya alami mulai dari wudhu,mandi wajib,shalat.dalam akidah dan ibadah2 lain nya.
Mohon nasihat nya atas pertanyaan saya berikut ini :
1. Hati saya sering berkata di luar
Kawalan terutama saat wudhu dan saat
Akan shalat dan dalam shalat.kata2
Yg terkeluar dr hati seperti
"Allah bohong,rosul bohong,islam
Bohong" atau ada kata2 "saya niat
Kufur,saya niat musyrik"padahal
Hati saya sangat tidak menginginkan
Ny dan kata2 itu terkeluar Tanpa
Bisa saya tahan dia terkeluar
Sendiri.saya jadi bingung dan
Ketakutan kalau saya sudah murtad.
Sehabis kata2 itu muncul sayA
Membaca syahadat dan ketika saya
Membaca syahadat dlam hati saya
Berkata arti syahadat yg justru
Menghina Allah dan Rosul.sehingga
Membuat saya sering berulang ulang
Membaca syahadat karena takut saya
Menjadi terkeluar dari islam.
2. Dalam shalat atau wudhu atau mandi
Wajib sering ada hati berkata "saya
Niat batalkan shalat atau wudhu atau
Mandi wajib" dan akibat ada nya
Kata2 dalam hati seperti itu saya
Sering membatalkan shalat,wudhu atau
Mandi wajib saya dan itu sering
Terjadi berulang2,saya coba lawan
Tdk memperdulikan nya namun semakin
Saya tdk memperdulikan nya kata2
Hati itu semakin kencang dan saya
Sering kalah dan mengulangi nya lg
Karena takut batal dan tdk sah
3. Pada saat saya buang air kecil saya
Sudah coba usahakan sebisa mungkin
Untuk di bersihkan,namun suka ada
Sisa2 keluar pada saat shalat atau
Wudhu,sahkah shalat atau wudhu saya
Jika ada sisa air kencing yg keluar?
Mohon nasihat nya untuk masalah saya ini.
Wassalamu'alakum
Waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh. Terima kasih banyak kepada Anda yg berkenan mampir di blog saya dan berbagi pengalaman disini.
HapusTanggapan untuk no. 1 dan 2, saya hanya ingin memperkuat apa yg Anda yakini selama ini dan Anda perjuangkan: yakin dan percayalah bahwa itu tidak terjadi sama sekali. Bukankah Anda sendiri tidak menginginkan hal itu!? Hati Anda tidak meyakini itu semua. Itu hanya bisikan yg ingin mengganggu dan merusak akidah dan ibadah Anda.
Jadi, cobalah untuk berpikir bahwa segala sesuatu yg pasti itu tidak dapat diganti dengan sesuatu yg masih bersifat keraguan.
Maksud saya, sesuatu yg pasti adalah Anda telah beriman dan percaya kepada Allah dan RasulNya. Sedang sesuatu yg msh bersifat ragu adalah bisikan berupa ketidakpercayaan kpd Allah dan RasulNya.
Begitu juga dalam ibadah thaharoh (bersuci). Sesuatu yg pasti adalah Anda sdh bersuci yg tidak bisa dibatalkan dengan sesuatu yg tidak pasti seperti perasaan sdh batal atau kemauan membatalkan.
Tanggapan untuk no. 3, Anda sdh berusaha sebisa dan semaksimal mungkin, jika memang terjadi kondisi yg demikian setelah bersuci maka shalat dan wudhu Anda tetap sah insyaAllah.
Dan yg perlu diperhatikan, hendaknya setiap kali Anda ingin shalat, setiap kali itu juga Anda ambil air wudhu.
Demikian dan semoga bermanfaat. Mohon maaf baru bisa menanggapi komentar Anda dikarenakan kesibukan saya selama ini.
Barokallahu fikum. Semoga Allah mengangkat waswas dari setiap orang yg sedang berjuang melawannya.
Assalamualaikum, bila setiap kali akan melaksanakan sholat atau wudu selalu ada waswas apakah sudah berniat atau belum, untuk menghilangkan waswas tersebut bolehkah mengambil sikap sudah berniat. Sehingga tidak perlu lagi meniatkan kembali yang pada akhirnya waswas semakin menebal, syukron atau jawabannya
Hapuswaalaikumsalam warahmatullah wabaratuh.
Hapusiya, sangat boleh sekali, bahkan itulah sikap yang lebih tepat dalam menghadapi waswas dalam niat.
Tetapi jika Anda masih belum bisa untuk melangkah ke arah ini, ada satu cara lagi yang Anda bisa lakukan sebagai langkah pertama dalam mengobati waswas niat ini, yaitu: melafalkan niat sehingga Anda betul-betul yakin dan nyaman dalam shalat Anda selanjutnya.
Jika waswas niat ini sudah mulai berkurang maka Anda ambil langkah yang Anda sebutkan tadi.
Bisa baca artikel blog ini yang berkaitan dengan langkah-langkah pengobatan bagi orang yang sedang terkena penyakit waswas dengan judul:
Suplemen dan Terapi Ampuh Untuk Menghilangkan Waswas.
Demikian dan semoga bermanfaat.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, terimakasih atas ilmunya dan setelah membaca artikel tersebut bila ada waswas merasa tidak syah/batal ditengah sholat maka sholatnya dilanjutkan tanpa membatalkannnya dan meyakinkan syah. benarkah
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSaudaraku hanyadudung,
HapusWaalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh. Sebelumnya saya minta maaf atas keterlambatan membalas pertanyaan Anda karena beberapa sebab.
Iya, betul apa yang Anda sudah simpulkan. Niat itu memang berkaitan erat dengan hati sehingga sebagian besar ulama mencoba menerangkan bahwa niat itu tidak perlu diucapkan atau dilafadzkan.
Jadi, tidak harus Anda berucap dalam hati “Saya berniat wudhu”. Wallahu A’lam
demikian dan semoga bisa membantu
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusAssalaamu'alaikum.. saya mau tanya, Sungguh saya sangat sangat membutuhkan jawabannya... saya benar2 butuh.. jadi ketika saya sedang beribadah(contoh: sholat) saya langsung ada sugesti untuk menghina Allah.. lebih lagi menghinanya dgn kata2 yg kotor sekali.. pikiran itu sangat sering muncul di diri saya ketika sholat, demi Allah, saya membenci fikiran2 itu.. saya ingin sekali menghilangkannya, namun terasa sulit.. sampai setelah berpikir seperti itu, saya menampari wajah saya sendiri, saya mengata-ngatai diri saya sendiri.. sampai saya merasa saya lebih baik mati daripada terus berada di kondisi seperti ini.. saya sangat butuh jawaban untuk masalah ini... terkadang, saya suka mengulang sholat saya karena merasa sholat dgn menghina Allah seperti itu tidak sah.. tapi, fikiran itu muncul lagi di sholat saya yang kedua.. saya takut ibadah saya selama ini tidak diterima.. apa ada yg dapat menjawabnya? Sungguh, saya sangat berterimakasih untuk yg dapat menjawabnyaa.
BalasHapuswaalaikumsalam..
Hapusmudah-mudahan hadits Nabi berikut ini dapat menghilangkan keraguan dan kekhawatiran Anda, maknanya sebagai berikut:
"Sesungguhnya Allah tidak menghitung sebagai dosa: perkataan dalam hati SELAMA tidak diucapkan dengan lisan maupun dilakukan dengan badan" Muttafaq Alaih
Jadi, apa yang Anda ceritakan tadi tidak perlu Anda risaukan selama Anda lakukan 2 hal:
pertama, Anda mengingkarinya dan membencinya
kedua, Anda tidak ucapkan pikiran tersebut
Allah melarang kita untuk berperasangka buruk terhadapNya seperti menganggap Allah tidak menerima amal kita. Allah melarang kita untuk berputus asa dari kasih sayangNya; kasih sayang Allah sangatlah luas
memang kita harus harap-harap cemas terhadap diterima atau tidaknya amalan kita, tetapi kita tetap harus berharap agar diterima.
yang keliru adalah takut berlebihan sehingga malah mengulang dan mengklaim duluan bahwa ibadah pertama tidak sah atau tidak diterima.
suatu amalan dianggap sah selama rukun-rukunnya, syarat-syarat sahnya ditunaikan.
demikian, wallahu A'lam. semoga membantu
itu dihukumi sah secara syariat dan telah gugur tuntutan untuk mengerjakannya.
Hapusadapun diterima atau tidaknya suatu amalan disisi Allah maka itu berkaitan dengan dua hal utama;
satu, keikhlasan pelakunya
dua, kesesuaian pelaksanaannya dengan yang diajarkan Rasulullah.
Saya juga sering kali merasa tidak sah dalam melakukan mandi janabah.. contoh, saya seusai mandi janabah ingat bahwa saya belum membasuh telapak kaki saya, tapi sayaa yakin sudah ada air yg mengenai telapak kaki saya itu.. jadi bagaimana hukum mandi saya? Apaakah sah?? Saya juga sering merasa mengeluarkan air mani.. padahaal saya sedang tidak bersyahwat seperti yg disebutkan.. oleh sebab itu, kini dalam seminggu, saya sudah melakukan mandi janabah berulang kali.. saya sangat terganggu dengan semua ini.. mohon jawbannya..
BalasHapus08.06.00
BalasHapusAssalaamu'alaikum.. saya mau tanya, Sungguh saya sangat sangat membutuhkan jawabannya... saya benar2 butuh.. jadi ketika saya sedang beribadah(contoh: sholat) saya langsung ada sugesti untuk menghina Allah.. lebih lagi menghinanya dgn kata2 yg kotor sekali.. pikiran itu sangat sering muncul di diri saya ketika sholat, demi Allah, saya membenci fikiran2 itu.. saya ingin sekali menghilangkannya, namun terasa sulit.. sampai setelah berpikir seperti itu, saya menampari wajah saya sendiri, saya mengata-ngatai diri saya sendiri.. sampai saya merasa saya lebih baik mati daripada terus berada di kondisi seperti ini.. saya sangat butuh jawaban untuk masalah ini... terkadang, saya suka mengulang sholat saya karena merasa sholat dgn menghina Allah seperti itu tidak sah.. tapi, fikiran itu muncul lagi di sholat saya yang kedua.. saya takut ibadah saya selama ini tidak diterima.. apa ada yg dapat menjawabnya? Sungguh, saya sangat berterimakasih untuk yg dapat menjawabnyaa.
Balas
Aslm sy mau tnya bagaimana dgn was was memghina allah yg sudah menetap dlm hati, adakah taubat diterima jika sudah menghina allah dan bnyk lagi perkara lain yg sy takut utk bagitau dan bagaimana utk taubat darinya kerana sudah bnyk kali ucap shahadat dan adakah shahadatnya diterima jika melibatkan akidah.. Tlong sy memerlukan jawaban anda
BalasHapusAslm sy mau tnya bagaimana dgn was was memghina allah yg sudah menetap dlm hati, adakah taubat diterima jika sudah menghina allah dan bnyk lagi perkara lain yg sy takut utk bagitau dan bagaimana utk taubat darinya kerana sudah bnyk kali ucap shahadat dan adakah shahadatnya diterima jika melibatkan akidah.. Tlong sy memerlukan jawaban anda
BalasHapusAslm sy mau tnya bagaimana dgn was was memghina allah yg sudah menetap dlm hati, adakah taubat diterima jika sudah menghina allah dan bnyk lagi perkara lain yg sy takut utk bagitau dan bagaimana utk taubat darinya kerana sudah bnyk kali ucap shahadat dan adakah shahadatnya diterima jika melibatkan akidah.. Tlong sy memerlukan jawaban anda
BalasHapusWaalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh.
HapusBapak/Ibu yang saya muliakan,
Pertama, jangan khawatir dan cemas berlebih! Karena hal semacam ini juga pernah dialami seorang sahabat Nabi dan beliau adukan kepada Nabi.
Kedua, waswas di hati yang berbentuk menghina Allah itu tidak dicatat sebagai kekufuran (keluar dari Islam) karena 2 alasan:
1. Tidak diucapkan, sebatas apa yg terbetik di hati. Apalagi itu berasal dari waswas.
2. Dalam sebuah hadis, Rasulullah menyampaikan bahwa Allah memaafkan langsung apa saja yang terbetik di hati atau terlintas di pikiran selama tidak terucapkan, dan itu karunia Allah untuk umat ini.
Ketiga, jika waswas di pikiran Anda kembali muncul maka langsung ambil air wudhu dan sibukkan diri dengan bacaan Al Quran atau dzikir mengingat Allah; dengan begitu pikiran semacam itu akan hilang. Jangan lupa pula membaca ta’awudz (berlindung kepeada Allah dari setan terkutuk).
Barakallahu fikum.
Saya was was ustd disaat setelah bersuci jrangnya lama sering merasa keluar kencing , tapi selama ini saya tidak pernh menemukannya t,sehingga sya menganti celana dalam karna ragu , kalok tidak di ikuti keraguan makin besar , dan anehnya lagi di saat saya merasa suci batu terasa keluar kencing , kalok sya merasa ada nakjis tidak pernh ada merasa keluar , saya selalu berusaha melawanya tapi kadang keraguan semakin keras ustd,
BalasHapusCaranya, sebelum berwudhu Anda percikkan sedikit air ke (maaf) celana dalam Anda. Setelah itu berwudhulah seperti biasa.
HapusJika nanti perasaan sesuatu keluar -ingat, itu hanya perasaan Anda saja- maka tetap lanjutkan wudhunya dan shalatlah.
Barakallahu fikum. Semoga Anda diberi kesembuhan oleh Allah yang Maha Penyembuh.