Mengapa Orang Bisa Sombong?
Sahabat Alukatsir Blog yang
dimuliakan Allah, pada kesempatan kali ini kita akan mengulas topik seputar Al-Kibr
dan segala hal yang berkaitan dengannya. Semoga Allah Taála memudahkan kita
semua untuk mengenal kebenaran dan mengikutinya hingga akhir hayat kita nanti.
Apa Arti Dari Al-Kibr?
Al-Kibr di dalam Bahasa Indonesia biasa diartikan
dengan sombong atau angkuh.
Adapun secara istilah dalam bahasa
arab, makna Al-Kibr adalah suatu kondisi yang mana sesorang itu biasanya
sedang merasakan ketakjuban pada diri sendiri, dia memandang dirinya lebih
hebat dari orang lain. [Lihat Tajul Arus (8/ 14)]
foto id.tubgit.com |
Atau bisa diartikan pula dengan
perasaan yang muncul pada diri seseorang yang menganggap dirinya besar, suka
memuji-muji kelebihan-kelebihan diri, menganggap orang lain remeh dan kecil,
serta tidak mau merendah kepada orang yang wajib dihormati. [Lihat Tahdzibul
Akhlak (hal. 32)]
Namun ada penjelasan yang lebih
ringkas dan lebih gamblang dari dua pengertian di atas tadi. Yaitu penjelasan Sang
Teladan kita, Nabi Muhammad shallallahu álaihi wa sallam, beliau
menerangkan:
"Al-Kibr itu adalah
menolak kebenaran dan meremehkan orang". [HR. Muslim (no. 91)].
Mengapa Orang Bisa Sombong?
"Secara umum, segala hal yang
dapat diyakini sebagai suatu kebanggaan – meskipun itu bukan kebanggaan- maka
seseorang akan mendapati kesempatan untuk menyombongkannya.
Bahkan orang fasiq sekalipun
terkadang menyombongkan kefasikan dan kemampuannya dalam menegak sebanyak
mungkin minuman keras karena ia mengira itu adalah hal yang membanggakan", tutur Ibnu Qudamah dalam kitab
beliau, Mukhstasr Minhajul Qasidin (hal. 293).
Walaupun pada hakikatnya, hal-hal
yang disombongkan itu semua dipunyai hanya sementara waktu dan tidak kekal
selamanya. Layaknya hidup dan nafas kita yang sangatlah singkat ini, begitu
pula hal-hal yang disombongkan tadi, ia tidak kekal abadi sama sekali.
Namun, sebagian orang tetap
menganggap sikap menyombongkan kelebihan yang dimilki adalah hal yang wajar.
Masih dalam batas kewajaran jika ditilik dari sudut pandang duniawi. Yaitu
anggapan bahwa itu semua sah-sah saja untuk disombongkan karena itu anugerah
dan kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.
Jadi sangat manusiawi jika seseorang
membangga-banggakan kelebihannya itu, menurut mereka.
Tetapi sangat tidak wajar jika itu
dinilai dari sudut pandang ukhrawi dan agama. Agama Islam sangat
menekankan pemeluknya perihal status dasar mereka. Yaitu status kita sebagai
makhluk yang diciptakan oleh Pencipta kita untuk tujuan yang diinginkanNya.
Jelas saja, pencipta kita dan
seluruh semesta hanya satu. Dialah Allah Ta'ala, tiada pencipta yang lain
selainNya. Dan tujuanNya menciptakan ciptaanNya tersebut ialah agar mereka
hanya menyembah dan terus menerus beribadah padaNya tanpa menduakanNya
sedikitpun selama hidup di dunia ini.
Seorang makhluk sangat tergantung
dan butuh terhadap PenciptaNya. Tidak dapat dibayangkan jika Sang Pencipta, Al-Khalik
membiarkan dan meninggalkan makhlukNya tadi. Segala hajat dan kebutuhannya
untuk hidup dan bernafas di muka bumi ini ada di genggaman Rabb Pencipta dan
Pengatur itu.
Makanya tanpa pengecualian, setiap
makhluk tidak akan bisa berlepas dari kata ketundukan, kepatuhan, dan
kepasrahan kepada Allah Ta'ala selaku penciptanya. Karena pada hakikatnya,
makhluk lah yang butuh kepada Al-Khaliq, bukan sebaliknya.
Baik. Sekarang yang perlu kita
pahami bersama adalah jika kita memang makhluknya maka kita harus tunduk,
patuh, dan meminta segala hajat hanya kepadaNya, Sang Al-Khaliq, karena
hakikat makhluk itu sendiri adalah budaknya Pencipta tadi.
Nah, apakah masih pantas jika sesama
makhluk yang tidak lain adalah para budak yang hina dina, sebagian mereka menyombongkan
diri atas sebagian yang lain!?
Jawabnya tentu tidak. Itu
dikarenakan dua hal berikut:
• Karena segala kelebihan yang kita
miliki adalah berasal dari Pencipta kita tadi. Dia lah yang memberikan setiap
dari kita kelebihan-kelebihan yang beragam bentuk dan rupanya. Kita bisa
menikmatinya tetapi tidak untuk memilikinya selamanya.
"Setiap yang ada diatasnya
(bumi) akan sirna menghilang". [QS. Ar-Rahman: 26]
• Kelebihan-kelebihan tersebut
tidaklah bersifat kekal abadi. Sangat mudah sirna jika kita tidak menjaganya baik-baik.
Makanya kita diperintahkan untuk pintar-pintar berterima kasih kepada Rabb yang
memberi tadi dan sangat dilarang untuk menyombongkan diri dengan apapun yang
berasal dariNya.
"Jika kalian pandai bersyukur
maka Aku akan semakin menambah (pemberianKu). Namun jika kalian justru 'kufur'
(tidak tahu berterima kasih atas nikmat yang diterima) maka sungguh siksaKu
sangatlah pedih". [QS. Ibrahim: 7]
bersambung...
Baca juga: