Istilah ini sering
muncul di buku-buku Akidah, terlebih pada bab Asma was Shifat (Nama dan Sifat
Allah, Pen). Karena ilhad itu sendiri adalah lawan dari Tauhid Asma
was Shifat, makanya banyak buku seputar Asma was Shifat yang menyebutkan
istilah ini.
Jika membaca bahasan
tentang Nama dan Sifat Allah maka kita kudu paham betul istilah yang satu ini. Kita
akan sering dapati istilah ini ketika membaca bahasan itu.
Ilhad mencakup ta'thil, tamtsil, takyif,
tafwidh, tahrif, dan takwil. Saya akan menjelaskan satu persatu
istilah-istilah barusan insyaAllah di artikel selanjutnya. Pada kali
ini, kita akan fokus membahas ilhad itu sendiri dengan ringkas.
Ilhad secara bahasa artinya menyimpang atau
bengkok.
Dan yang dimaksud dengan
Mulhidin, bentuk jama' pelaku dari kata dasar ilhad ialah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran.
Adapun secara istilah, ilhad
adalah menyimpang dari hal yang menjadi kewajiban untuk diyakini atau
diamalkan.
Ilhad dalam Asma Allah (penyimpangan
terhadap Nama Allah, Pen) berarti menyimpang dari meyakini kebenaran Nama-nama
Allah, hakikatnya, dan kandungan maknanya.
Berikut ini 5 bentuk
penyimpangan dalam beriman terhadap Nama dan Sifat Allah:
1. Mengingkari bahwa
Nama-nama Allah memiliki makna sifat yang terkandung di dalam setiap nama tadi.
Jadi, jika mengingkari hal ini walau satu nama saja maka ini termasuk ilhad.
Seperti halnya Mu'atthilah, kelompok yang menafikan bahwa Nama Allah
tidak menunjukkan Sifatnya. Nama Arrahman tidak menunjukkan bahwa Allah
memiliki sifat rahmat (kasih sayang). Ini jelas keliru.
2. Menjadikan Nama
Allah atau Sifat-Nya seperti nama dan
sifat makhluk. Seperti kelakuan para ahli tamtsil, kelompok yang
menyerupakan Allah dengan makhluk atau memisalkan-Nya dengan makhluk. Tangan Allah
itu seperti tangan manusia, ini jelas juga keliru.
3. Memberi Allah
nama yang mana Allah sendiri tidak menamakan dirinya dengan nama itu.
Jadi, menyebut Allah dengan nama yang tidak tercantum di Alquran atau
Hadist Rasul maka itu tidak boleh.
Hal ini seperti penamaan kaum Nasrani yang menyebut Allah dengan
nama 'Bapak', atau penamaan ahli filsafat yang menyebut Allah dengan nama
'Arsitek Alam Semesta' atau 'Akal Pengatur' dan sebagainya.
4. Menamakan patung
dengan nama yang berasal dari huruf dasar Nama Allah. Seperti penamaan patung
Lata dari Nama Allah, Ilah dan penamaan patung 'Uzza dari Al'aziz, salah satu
Nama Allah.
5. Menyifati Allah
dengan sifat yang tidak pantas atau tidak mungkin disandarkan kepada Allah.
Seperti ucapan kaum Yahudi yang mengatakan bahwa Allah merasa capek
ketika menciptakan langit dan bumi. Makanya, -menurut mereka- Allah terpaksa
beristirahat pada hari sabtu.
Atau mengatakan bahwa Allah itu fakir, tidak punya apa-apa.
Ini sudah sangat jelas, sangat sangat tidak pantas dan layak diucapkan.
Sekian dan semoga
bermanfaat.
Disadur dari kitab Musthalahat Fi Kutubil Aqaid karya Muhammad bin Ibrahim Alhamd.
Disadur dari kitab Musthalahat Fi Kutubil Aqaid karya Muhammad bin Ibrahim Alhamd.
0 Komentar